Artikel Sejarah di Dunia

Artikel Sejarah : Perancang Lambang Garuda Pancasila yang Terlupakan


Siapa tak kenal burung Garuda berkalung perisai yang merangkum lima sila (Pancasila). Tapi orang Indonesia mana sajakah yang tahu, siapa pembuat lambang negara itu dulu? Dia adalah Sultan Hamid II, yang terlahir dengan nama Syarif Abdul Hamid Alkadrie, putra sulung Sultan Pontianak; Sultan Syarif Muhammad Alkadrie. Lahir di Pontianak tanggal 12 Juli 1913.

Dalam tubuhnya mengalir darah Indonesia, Arab –walau pernah diurus ibu asuh berkebangsaan Inggris. Istri beliau seorang perempuan Belanda yang kemudian melahirkan dua anak –keduanya sekarang di Negeri Belanda.

Syarif Abdul Hamid Alkadrie menempuh pendidikan ELS di Sukabumi, Pontianak, Yogyakarta, dan Bandung. HBS di Bandung satu tahun, THS Bandung tidak tamat, kemudian KMA di Breda, Negeri Belanda hingga tamat dan meraih pangkat letnan pada kesatuan tentara Hindia Belanda.

Ketika Jepang mengalahkan Belanda dan sekutunya, pada 10 Maret 1942, ia tertawan dan dibebaskan ketika Jepang menyerah kepada Sekutu dan mendapat . . . baca selengkapnya


Artikel Sejarah : Palagan Ambarawa 12-15 Desember 1945


Perjuangan heroik rakyat Indonesia dalam mempertahankan dan memperjuangkan Kemerdekaannya sungguh tidak bisa diabaikan begitu saja, mereka bahu membahu dengan segala golongan, mulai dari petani, pedagang, guru, hingga para pelajar bersama dengan tentara tanpa mengenal rasa lelah, takut serta kelaparan berjuang menghadapi desingan peluru serta berondongan persenjataan modern milik para penjajah.

Sungguh perjuangan yang sangat menguras tenaga dan airmata, mengorbankan segalanya baik nyawa ataupun harta. Beribu bahkan berjuta nyawa rakyat Indonesia melayang demi kemerdekaan bangsa ini, mereka rela menyerahkan nyawanya menjadi martir demi anak cucunya nanti.

Seperti yang terjadi di Ambarawa, sebuah daerah yang terletak di sebelah selatan kota Semarang-Jawa Tengah, dimana rakyat beserta tentara Indonesia berjuang mempertahankan daerahnya dari cengkeraman tentara sekutu yang mencoba membebaskan para tahanan tentara Belanda ( NICA ).

Pada tanggal 20 Oktober 1945, tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Bethell mendarat di Semarang dengan maksud mengurus tawanan perang dan tentara Jepang yang . . . baca selengkapnya


Artikel Sejarah : Asal Usul Nama Indonesia

Pada zaman purba, kepulauan tanah air kita disebut dengan aneka nama. Dalam catatan bangsa Tionghoa kawasan kepulauan kita dinamai “Nan-hai” (Kepulauan Laut Selatan). Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini “Dwipantara” (Kepulauan Tanah Seberang), nama yang diturunkan dari kata Sansekerta “dwipa” (pulau) dan “antara” (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Valmiki yang termasyhur itu menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Ravana, sampai ke “Suwarnadwipa” (Pulau Emas, yaitu Sumatra sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.


Bangsa Arab menyebut tanah air kita “Jaza’ir al-Jawi” (Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk kemenyan adalah “benzoe”, berasal dari bahasa Arab “luban jawi” (kemenyan Jawa), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon “Styrax sumatrana” yang dahulu hanya tumbuh di Sumatra. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil “Jawa” oleh orang Arab.
Bahkan orang Indonesia luar Jawa sekalipun. “Samathrah, Sholibis, Sundah, kulluh Jawi (Sumatra, Sulawesi, Sunda, semuanya Jawa)” kata seorang pedagang di Pasar Seng, Mekah.

Lalu tibalah zaman kedatangan orang Eropa ke Asia. Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang itu beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India, dan Cina. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Cina semuanya . . . baca selengkapnya


Artikel Sejarah : Sejarah Singkat Bandung Lautan Api

Suatu hari di Bulan Maret 1946, dalam waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk mengukir sejarah dengan membakar rumah dan harta benda mereka, meninggalkan kota menuju pegunungan di selatan.
Beberapa tahun kemudian, lagu “Halo Halo Bandung” ditulis untuk melambangkan emosi mereka, seiring janji akan kembali ke kota tercinta, yang sekarang telah menjadi lautan api.


Setelah ProklamasiKemerdekaan 17 Agustus 1945, Indonesia belum sepenuhnya merdeka. Kemerdekaan harus dicapai sedikit demi sedikit melalui . . . baca selengkapnya


Artikel Sejarah : Sejarah Letusan Gunung Krakatau

Gunung krakatau tepatnya gunung anak krakatau yang merupakan gunung krakatau muda krakatau adalah kepulauan vulkanik yang masih aktif dan berada di Selat Sunda antara pulau Jawa dan Sumatra. Nama ini pernah disematkan pada satu puncak gunung berapi di sana (Gunung Krakatau) yang sirna karena letusannya sendiri pada tanggal 26-27 Agustus 1883

Letusan itu sangat dahsyat; awan panas dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004, tsunami ini adalah yang terdahsyat di kawasan Samudera Hindia. Suara letusan itu terdengar sampai di Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, 4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II.

Selat Sunda
Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama . . . baca selengkapnya


Artikel Sejarah : Perundingan Linggarjati

Perundingan Linggarjati adalah salah satu perundingan yang diselenggarakan Bangsa Indonesia dalam memperoleh statusnya sebagai bangsa yang merdeka. Perundingan yang diselenggarakan di Desa Linggajati, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, adalah sebagian dari rangkaian perundingan yang dilakukan Kabinet Sjahrir dengan komisi Jenderal, sebagai wakil Pemerintah Kerajaan Belanda. Perundingan ini sebenarnya bukan merupakan perundingan pertama antara Bangsa Indonesia dan Belanda, tetapi perundingan ini benar-benar mempunyai makna yang sangat penting dalam sejarah Indonesia.

Makna penting Perundingan Linggarjati ada beberapa hal. Pertama, tatanan dunia yang berlaku pada saat pasca Perang Dunia Kedua yang direfleksikan dalam Piagam PBB, berbeda dengan tatanan nasional Indonesia yang bercermin dalam Uud 1945.

Hak self-determination (menentukan nasib sendiri tidak dimaksudkan untuk merdeka). Kemerdekaan dimungkinkan apabila negara penjajah dapat . . . baca selengkapnya


Artikel Sejarah : Sejarah TNI AU

Sejarah lahirnya TNI AU bermula dari pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) pada 23 Agustus 1945, guna memperkuat Armada Udara yang saat itu sangat kekurangan pesawat terbang dan fasilitas-fasilitas lainnya. Sejalan dengan perkembangannya berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada tanggal 5 Oktober 1945 dengan nama TKR Jawatan Penerbangan di bawah pimpinan Komodor Udara Suryadi Suryadarma.

Pada 23 Januari 1946 TKR ditingkatkan lagi menjadi TRI. Sebagai kelanjutan dari perkembangan tunas Angkatan Udara, maka pada tanggal 9 April 1946 TRI Jawatan Penerbangan dihapuskan . . . baca selengkapnya 


Artikel Sejarah : Situs Gunung Padang, Terbesar Dan Tertua Di Dunia?

Situs Gunung Padang, Terbesar DI Dunia? Itulah pertanyaan para arkeolog Indonesia. Jika dilihat ciri-ciri arkologisnya, situs gunung padang sangat mungkin menjadi bangunan peninggalan sejarah terbesar dan tertua di dunia. 

Situs Gunung Padang adalah Terbesar Dan Tertua Di Dunia
Adalah Ali Akbar, arkeolog asal Universitas Indonesia yang merupakan Ketua Tim Arkeolog dari Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) Gunung Padang yang berpendapat bahwa situs di Gunung Padang merupakan struktur prasejarah terbesar dan tertua di dunia. 
 
Penyebutan situs Gunung Padang sebagai yang terbesar dan tertua di dunia didasarkan kepada studi literatur yang dilakukannya serta hasil konfirmasi dengan beberapa pakar arkeologi luar negeri. Paling tidak, situs Gunung Padang merupakan bangunan prasejarah terbesar di . . . baca selengkapnya


Artikel Sejarah : Sejarah tentang Waktu di Dunia

 Pernahkah kita bertanya mengapa dalam 1 hari ada 24 jam, dalam 1 menit ada 60 detik, dan dalam 1 detik ada 60 menit? Inilah jawabannya gan

Sistem bilangan yang paling banyak dimanfaatkan manusia sejak ini adalah sistem desimal, yaitu sebuah sistim bilangan berbasis 10. Namun kepada mengukur waktu kita memakai sistem duodesimal (basis 12) dan sexadesimal (basis 60). Hal tersebut disebabkan sebab metode untuk membagi hari diturunkan dari program bilangan yang dimanfaatkan oleh peradaban kuno Mediterania. Pada sekitar tahun 1500 SM, orang-orang Mesir kuno menggunakan program bilangan berbasis 12, dan mereka mengembangkan sebuah program jam matahari berbentuk seperti huruf T yang diletakkan di atas tanah dan membagi waktu antara matahari terbit dan tenggelam ke dalam 12 bagian. Para ahli sejarah berpendapat, orang-orang Mesir kuno menggunakan program bilangan berbasis 12 didasarkan hendak total siklus bulan dalam setahun atau dapat juga didasarkan hendak banyaknya jumlah sendi jari manusia (3 di tiap jari, tidak termasuk jempol) yang memungkinkan mereka berhitung hingga 12 menggunakan jempol.

Jam matahari generasi berikutnya sudah sedikit banyak merepresentasikan apa yang sekarang kita sebut dengan “jam”. Sedangkan pembagian malam menjadi . . . baca selengkapnya


Artikel Sejarah : Sejarah Uang

Uang yang kita kenal sekarang ini telah mengalami proses perkembangan yang panjang. Pada mulanya, masyarakat belum mengenal pertukaran karena setiap orang berusaha memenuhi kebutuhannnya dengan usaha sendiri. Manusia berburu jika ia lapar, membuat pakaian sendiri dari bahan-bahan yang sederhana, mencari buah-buahan untuk konsumsi sendiri; singkatnya, apa yang diperolehnya itulah yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhannya.

Perkembangan selanjutnya mengahadapkan manusia pada kenyataan bahwa apa yang diproduksi sendiri ternyata tidak cukup untuk memenuhui seluruh kebutuhannya. Untuk memperoleh barang-barang yang tidak dapat dihasilkan sendiri, mereka mencari orang yang mau menukarkan barang yang dimiliki dengan barang lain yang dibutuhkan olehnya. Akibatnya muncullah sistem barter', yaitu barang yang ditukar dengan barang.

Namun pada akhirnya, banyak kesulitan-kesulitan yang dirasakan dengan sistem ini. Di antaranya adalah kesulitan untuk menemukan orang yang mempunyai barang yang diinginkan dan juga mau menukarkan barang yang dimilikinya serta kesulitan untuk memperoleh barang yang dapat dipertukarkan satu sama lainnya dengan nilai pertukaran yang seimbang atau hampir sama nilainya. Untuk mengatasinya, mulailah timbul pikiran-pikiran untuk menggunakan benda-benda tertentu untuk digunakan sebagai alat tukar. Benda-benda yang ditetapkan sebagai alat pertukaran itu adalah benda-benda . . . baca selengkapnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak dan baik, dengan tidak mengandung unsur-unsur yang berbau sara dan negatif

-semua postingan disini terdapat blog sumber referensinya-